"Ketika As-Shaffah" menjadi Khalifah pertama kali era Bani Abbasiyah, semua kuburan para petinggi Bani Umayyah menjadi sasar kemarahan dan digali. Dari kuburan ke kuburan yang lain, dia hanya menemukan tulang belulang dan mayat yang tidak lagi utuh. Namun dendam politik itu terbukti terbukti sesuatu yang mudah menguap, ia berkerak. Semua potongan jenazah itu dibakar, lalu abunya ditabur ke udara - terbawa angin. Semua keturunan Bani Umayyah yang tersisa diburu, dipersekusi dan turun - kecuali wanita dan anak-anak. Sebagian yang lolos kemudian kabur ke Eropa - kelak yang mengatur kekuasaan di Andalusia dalam kekhalifahan dinasti Bani Umayyah jilid kedua.
Dendam politik melahirkan politik dendam yang tak pernah ada habisnya. Kejadian di atas adalah penggalan kecil dari berbagai kisah beruntun yang terjadi sejak berabad-abad sebelum dan sesudahnya. Politik dan kekuasaan Yunani, Arab, Eropa abad pertengahan, hingga kelindan politik moderen di berbagai belahan dunia, merawat dendam politik yang selalu melahirkan keangkuhan dan mengajari manusia untuk mengumbar Kemarahan.
Di negara kita, As-Shaffah seolah berusaha dimunculkan kembali. Jubah agama dilekatkan, agar dendam politik itu terhormat. Politisi berjubah ulama, merawat kebencian atas kekalahan politiknya, lalu menggiring umat agar juga pemimpin - memaki pemimpin atas nama agama. Itulah kejahatan politisasi agama. Manusia dipaksa mengikuti dogma demi ambisi kaum marginal dan sosoknya agar tetap dipuja.
Dendam politik menanam totalitarian pada dirinya dan menuai kebodohan dari orang lain, kata Lech Walesa.
Bangsa kita sosok-sosok penganut politik dendam ini. Bersuara melalui media, buku, atau apa saja. Orang-orang tua meracuni pemuda - yang dewasa berdiri berdiri, para remaja kencing berlari. "Bukankah kematian lebih dekat kepada orang yang lebih tua?", William Blake bertanya. "Tidak!" kata orang tua, "aku akan memberikan dendam ini kepada para pemuda, agar mereka saling bunuh, dan saya yang orang tua tetap berharap meraih kekuasan."
Tulisan ini dibuat, semoga dibaca oleh mereka yang merawat dendam politik demi ambisinya, demi jabatannya dan demi kekuasaan.
penu
☕☕☕